MENGATASI WRITER'S BLOCK

Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, malam ini sedikit berwarna karena sebelum materi dimulai listrik ditempat saya tiba-tiba padam. Diiringi dengan signal yang ikut membersamai heningnya malam serta daya laptop yang ambil bagian dengan kapasitas 25% membuat konsentrasi sedikit turun. Kembali berpacu dengan waktu membuat semangat saya tak goyah menuntaskan pertemuan malam ini. 

Malam ini materi yang disajikan tak kalah pentingnya dari materi sebelumnya, yaitu Mengatasi Writer's Block. Sebuah materi yang merupakan modal dalam membuat tulisan berkualitas. Narasumber kali ini berparas cantik nan cerdas asal kota Subang. Sang peraih Penghargaan Bupati Subang (2020), pula peraih Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang sebagai guru berprestasi (2021). Prestasi literasinya yang membanggakan hingga karyanya yang mampu menembus Penerbit Mayor, memberikan jejak prestasi  literasi yang baik bagi tanah Subang. 

Beliau gemilang dengan karya di masa muda yang membahana, semangat literasi yang luar biasa memikat hati para pembaca. Beliau adalah Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr. Lahir di Subang, 23 Mei 1990 dan merupakan Guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat.

Mengawali karir sebagai peserta kelas menulis PGRI pada gelombang 7, beliau mampu membuktikan kepiawaiannya dalam menulis, hingga naik kelas menjadi moderator dan menjadi Narasumber di berbagai pelatihan.

Sebelum memasuki materi, kami diberikan simulasi berupa tantangan menulis berdasarkan sebuah gambar. Berikut ini gambar yang disajikan dengan aturan main membuat tulisan (boleh cerpen, puisi dan lainnya). Minimal 3 paragraf/bait dengan waktu 15 menit dan setelah waktu habis WAG akan dikunci kembali.


Beberapa peserta berhasil menyelesaikan tantangan tersebut. Ada yang menuliskan tentang cerita Gatotkaca, Arjuna, wayang golek, wayang kulit, serta puisi Gatotkaca dan puisi Wayang Kulit. Walau pun saya salah satu peserta yang gagal dalam tantangan tersebut namun saya sudah berusaha dan dapat merasakan menulis berpacu dengan waktu serta adrenalin.

Bu Ditta kembali menyemangati kami. Beliau kembali bertanya, apakah ada yang sempat merasa tak punya ide menulis? Sudah menulis tapi kemudian kehilangan kata-kata?. Kalau iya, bisa jadi kita sedang terserang writer's block loh. Alias kebuntuan menulis.



Writer's Block (mengacu pada kamus Oxford) merupakan istilah yang dipopulerkan pertama kali oleh psikoanalisis Edmund Bergler. Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari tanda-tanda kita terserang WB. Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional.

Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis. Writer's Block dapat terjadi tergantung seberapa cepat seorang penulis mampu mengatasi kondisi tersebut. Dengan kata lain, bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun. Langkah penting yang dapat kita lakukan untuk mengatasi writer's block ini adalah mengetahui penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab, kita bisa lebih fokus mencari solusinya. Berikut beberapa penyebab dari writer's block:



* Mencoba metode/topik baru dalam menulis 
Contohnya seperti tantangan di awal. Bagi penikmat seni wayang atau sejarah, mungkin tidak menemui kesulitan berarti saat harus menulis tentang wayang. Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang tak pernah melihat pertunjukan wayang? Tidak tahu tentang tokoh-tokoh dalam wayang? pasti akan merasa "kekurangan inspirasi" dalam menulis dengan tema wayang. 

Tapi, jika kita teguhkan komitmen, lalu mencari bahan bacaan tambahan, maka WB yang terbentuk bisa segera kita hancurkan. Atau seperti yang ditunjukkan beberapa peserta dengan berkreasi membuat tulisan, yang penting ada wayangnya. It's great really. Ini membuktikan bahwa kita sudah mampu menghancurkan tembok penghalang untuk menulis.

Tak hanya topik baru, metode baru dalam menulis pun bisa membuat kita terserang WB. Misal jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus menulisnya. Pada kasus ini, mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB. 

* Stress, Lelah Fisik/Mental juga 
Terlalu memaksakan diri dalam banyak pekerjaan hingga membuat tubuh lelah bisa membuat kita burn out. Hanya sedikit yang masih mampu menulis dalam keadaan sakit/lelah fisik. Pada kondisi ini, istirahat sejenak tentu menjadi pilihan terbaik. Maka ketika penat, beristirahatlah sejenak. Cari ruang dan udara segar. Lakukan hal-hal yang membahagiakan. Refresh kembali hati dan pikiran kita sehingga kita bisa mendapat inspirasi baru.

* Terlalu perfeksionis 
Ada pepatah yang mengatakan perfectionism kills creativity. Perfeksionis itu bisa mematikan kreativitas. Saat menulis, orang yang perfeksionis mungkin akan berpikir apakah kalimatnya sudah tepat? Apakah ada kaitan dari paragraf satu ke paragraf lainnya? dan lainnya. Atau ketika seseorang pernah sangat populer dengan tulisannya. Misal postingan di blog yang baca hingga ratusan bahkan ribuan. Menerbitkan buku hingga best seller. Nah, yang seperti ini pun bisa jadi terjebak dalam lingkup perfeksionis. Tulisan sebelumnya booming, yang sekarang tentu harus booming juga. Harus laku juga. Harus banyak yang baca juga. Kekhawatiran seperti itu justru bisa membuat WB nempel lebih lama pada kita. Jika ini terjadi, maka ... ingatlah kembali pada alasan awal kita menulis. Tujuan kita menulis. Masa-masa saat kita merintis menjadi seorang penulis.

Materi yang telah disampaikan oleh Bu Ditta malam ini telah menambah wawasan kita bersama untuk terus menulis. Walau saya harus tertinggal sedikit materi, namun saya sangat bangga sudah berada dalam pelatihan hebat ini. Tak lupa beliau menyarankan agar kita tetap bahagia, karena bahagia itu kita yang tentukan.
Jangan lupa bahagia yaa all......



"Tetaplah menulis, tak ada salahnya berhenti sejenak untuk mencari inspirasi agar dapat kembali menulis"- Amalia



Amalia 😀

Komentar

  1. Waaah kalimat pamungkasnya luar biasa. Terima kasih tetap semangat menyimak walau lampu padam dan laptop mulai lowbat. Semoga ilmunya bermanfaat.

    BalasHapus
  2. terima aksih sudah mengerjakan tugasnya dengan sangat baik, semoga kelak menjadi buku yang bermutu dan mendapatkan mahkota seorang penulis.

    BalasHapus
  3. MasyaAllah bagus Bu ulasannya. Salam Literasi

    BalasHapus
  4. Senang sekali membaca resume ibu Amalia. Bahasa tertata rapi, runtut. Diawali dengan pembuakaan yang manis dan diakhiri dengan manis pula. Semangat terus, Ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih, sy juga belajar dari tulisan² ibu

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini